BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan
periode yang paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada bayi
baru lahir. Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas
bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan.
Dengan pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera mengetahui
masalah-masalah yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Contoh masalah pada bayi
yang sering kita temui yaitu muntah dan gumoh. Jika salah satu dari masalah
tersebut tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi
lainnya. Namun, tak semua masalah tersebut harus mendapat penanganan khusus
karena bisa membuat dampak negative pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada
masalah yang seharusnya dibiarkan saja karena masalah tersebut bisa menghilang
dengan sendirinya.
Oleh karena dalam makalah ini akan membahas muntah dan gumoh, serta
penanganan yang sesuai agar tidak menimbulkan dampak lainnya. Diharapkan
makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang masalah pada bayi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan
muntah dan gumoh pada bayi?
1.2.2 Apasajakah penyebab muntah
dan gumoh pada bayi?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari
muntah dan gumoh pada bayi?
1.2.4 Apasajakah tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada
bayi?
1.2.5 Bagaimana cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi?
1.2.6 Bagaimana peran bidan pada
muntah dan gumoh pada bayi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari muntah dan
gumoh pada bayi.
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab dari muntah dan
gumoh pada bayi.
1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari muntah dan gumoh pada bayi.
1.3.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala dari
muntah dan gumoh pada bayi.
1.3.5 Untuk mengetahui cara menangani, muntah dan
gumoh pada bayi.
1.3.6 Untuk mengetahui peran bidan
dalam menangani muntah dan gumoh pada bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Muntah
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian
besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut,
disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen (Markum : 1991).
Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian
besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke
dalam lambung (Depkes R.I, 1994).
Pada masa bayi, terutama masa neonatal,
muntah jarang terjadi. Oleh karena itu, bila terjadi muntah maka harus segera
dilakukan observasi terhadap kemungkinan adanya gangguan.
Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi.
Pada regurgitasi, pengeluaran susu terjadi setelah minum susu. Hal ini dapat
disebabkan karena kebanyakan minum atau kegagalan untuk mengeluarkan udara yang
tertelan. Muntah merupakan aksi refleks yang dikoordinasi medulla
oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
Dalam beberapa jam pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami
muntah lendir bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang
menetap setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan
disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang ditelan
selama proses persalinan.
Muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui
mulut dengan kekuatan secara aktif. Muntah terjadi adanya kontraksi otot-otot
perut. Cairan yang kaluar biasanya lebih banyak dibandingkan gumoh, lebih dari
10 cc bisa keluar dari hidung.
2.2 Etiologi
a. Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung,
atresia esofagus, atresia/stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang
tinggi, cara memberi makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
b. Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi
(infeksi traktus urinarius, hepatitis, peritonitis, dll)
c. Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas
terutama pada anak yang lebih besar.
d. infeksi pada saluran pencernaan.
e. cara memberi makan yang salah.
f. keracunan
Penyebab muntah dan gumoh pada bayi menurut
Kishore;
1. Refleks menelan belum bagus
Ketika makanan ditaruh dibagian depan lidahnya, sibayi berusaha
menelannya dengan menjulurkan lidahnya, namun bukannya bisa masuk, malah
makannanya jadi keluar lagi, seperti halnya bayi mau belajar merangkak, kadang
jalannya bukannya maju malah mundur karena koordinasi motoriknya belum bagus.
Sementara kalau dia menghisap ASI, tak menjadi masalah karena puting ada di
belakang lidahnya. Refleks menelan ini akan membaik dengan sendirinya tergantung
kemampuyan masing-masing bayi dalam menelan. Umumnya diatas usia 6 bulan. Jika
refleks menelannya belum baik dan bayi belum bisa menelan makanan padat, bisa
diatasi dengan mengecerkan lagi makannanya dengan cara membender hingga mudah
baginya untuk menelan. Misalnya nasi tim, diblender dengan blender khusus untuk
makanan bayi. Awal diblender selama 2 menit dilakukan selama 2 menit. Setelah
itu diblender hanya 1 menit. Jadi makin lama makin sebentar membelendernya.
Dengan demikian dia bisa lambat laun jadi terlatih. Diharapkan diusia setahun
dia bisa makan nasi lembek.
2. Tak Kenal dengan Makanannya
Jika bayi tak kenal atau tak suka dengan makanan, bayi yang semi
padat atau padat, tentu akan menolaknya. Selama ini makanan yang diterima bayi
selalu dalam bentuk cair. Ketika mendapatkan makanan yang semi padat pasti
awalnya akan menolak, bila demikian, pemberiannya harus dimundurkan dengan cara
agak diencerkan lagi. Jangan memaksakan bayi dengan kemauan kita karena akan
membuatnya trauma. Bisa jadi setiap kali melihat mangkuk makanan, dia jadi
menangis karena takut dijejalkan.
3. Rasanya Berbeda
Ada pula yang menolak nasi tim karena rasanya berbeda, karena
selama 6 bulan pertama bayi kenalnya hanya rasa manis. Kalau bayi tak suka
karena tak mengenal rasa tim tersebut. Bisa diupayakan agar sibayi belajar
mengenal rasa. Jadi rasanya harus diubah dan divariasikan, misalnya diberi
tambahan kecap manis. Semakin lama kecapnya dikurangi hingga bayi mengenal rasa
nasi tim yang lain. Muntah juga bisa terjadi karena bayi kekenyangan makan atau
minum.
4. Gangguan sfingter
Pada saluran pencernaan ada saluran makan (esophagus), yang
berawal dari tenggorokan sampai lambung, pada saluran yang menuju lambung ada
semacam klep atau katup yang dinamkan sfingter. Fungsinya untuk mencegah
keluarnya kembali makanan yang sudah masuk ke lambung.
Dalam keadaan ini sfingter belum berfungsi secara sempurna,
tetapi akan membaik dengan sendirinya sejalan bertambah usia. Umumnya diatas
usia 6 bulan. Namun ada kalanya di usia itu pun sibayi masih mengalami
gangguan. Gejalanya biasanya bayi akan sering gumoh terutama sehabis disusui.
Kadang, ada juga sfingter dengan gangguan yang disebut hipertropi pylorus
stenosis, yaitu adanya otot pylorus yang menebal hingga makanan akan susah
turun dari lambung ke usus. Akhirnya keluar muntah. Gejalanya, tiapkali diberikan
makanan padat akan muntah tetapi kalau makanan cair tidak. Selain itu berat
badannya pun sulit naik. Jika gangguannya berat, makanan cair pun biasanya tak
bisa lewat, hingga mengganggu pertumbuhan si bayi karena tidak ada penyerapan
makanan. Jika demikian kondisinya, harus dilakukan tindakan operasi secepatnya
untuk memperbaiki klepnya hingga saluran makanan dari lambung ke usus bisa
jalan dengan lancar. Namun bila gangguannya ringan. Tindakan operasi bisa
ditunda. Diharapkan dengan bertambahnya usia, mulai berdiri tegak hingga
makanan lebih mudah turun.
2.3 Patofisiologi
Muntah merupakan respon refleks simpatis
terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan
pernafasan.
Suatu keadaan dimana anak/bayi menyemprotkan isi perutnya
keluar, kadang-kadang sampai seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi sering
timbul pada minggu-minggu pertama. Hal tersebut merupakan aksi reflek yang
dikoordinasi dalam mdulla ablongata dimana isi lambung dikeluarkan dengan paksa
melalui mulut. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran
pencernaan , penyakit intracranial dan toksin yang dihasilkan oleh bakteri.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a. Nausea (mual) merupakan
sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dan labirin
dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b. Retching (muntah) merupakan
fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan
dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan
tekanan intratoraks yang negatif.
c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase
retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan kontraksi kuat otot perut,
diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai dengan penekanan
mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus
dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.
2.4 Tanda dan Gejala
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
a. Muntah terjadi beberapa jam setelah
keluarnya lendir yang kadang disertai dengan sedikit darah. Kemungkinan ini
terjadi karena iritasi akibat sejumlah bahan yang tertelan selama proses
kelahiran. Muntah kadang menetap setelah pemberian makanan pertama kali.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari
pertama kelahiran, dalam jumlah banyak, tidak secara proyektif, tidak berwarna
hijau, dan cenderung menetap biasanya terjadi sebagai akibat dari obstruksi
usus halus.
c. Muntah yang terjadi secara proyektil
dan tidak berwarna kehijauan merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
d. Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
e. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak
sehat. Karena tehnik pemberian makanan yang salah atau pada faktor psikososial.
2.5 Sifat muntah
a. keluarkan cairan terus-menerus, hal ini kemungkinandisebabkan
oleh obstruksi eshopagus.
b. muntah proyektil hal ini kemungkinan disebabkan oleh stenosis
plylorus (suatu kelemahan pada katup di ujung bawah lambung yang menghubungkan
lambung dengan usus 12 jari yang tidak mau membuka).
c. muntah hijau kekuning-kuningan kemungkinan
adanya tekanan intera ampula vateri.
d.
muntah segera setelah lahir mentap, kemungkinan adanya tekanan intra cranial;
yang tinggi atau obstruksi pada usus.
Muntah
yang harus diwaspadai;
1.
Muntah yang terus menerus dan tak membaik walaupun telah diobati. Sebab muntah
bisa berlanjut dengan dehidrasi (kekurangan cairan) bayi menjadi lemas, bibir
dan lidahnya kering, terlihat haus, jarang berkemih dan pansa.
2.
Muntah berwarna hijau, ini menandakan adanya kelaian pada saluran pencernaan,
yaitu dibawah usus 12 jari. Warna hijau berasal dari cairan empedu.
3.
Muntah disertai darah. Hal ini menandakan terjadi luka ditenggorokan akibat
bayi sering muntah jika hanya berupa bercak darah. Tetapi jika darah cukup
banyak, kemungkinan ada pembuluh darah yang pecah.
4.
Muntah akibat keracunan. Bayi mengalami muntah dan diikuti diare. Ini bisa
terjadi bila pengasuh kurang menjaga kebersihan saat membuat minuman untuk bayi
atau tidak steril. Selain menyebakan keracunan, keadaan ini bisa memicu infeksi
saluran pencernaan.
5.
Muntah keluar seperti air mancur. Ini menunjukan adanya kelainan pada susunan
saraf pusat di otak bayi. Kondisi ini biaanya terjadi setelah bayi jatuh.
2.6 Pencegahan
a. Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu
formula, beri sedikit saja dengan frekuensi agak sering.
b. Sendawakan bayi selama dan setelah
pemberian susu. Bila bayi diberi ASI, sendawakan setiap kali akan berpindah ke
payudara lainnya.
c. Susui bayi dalam posisi tegak
lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30 menit setelah disusui.
d. Jangan didekap atau diayun-ayun
sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
e. Jika diberi susu botol, pastikan
lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan muntah pada anak tergantung penyebabnya. Bila
disebabkan oleh kelainan usus, muntah akan hilang setelah dilakukan tindakan
operasi untuk menghilangkan penyebab kelainan tersebut. Bila penyebabnya
infeksi, muntah baru berhenti setelah infeksi diobati. Jangan berikan obat anti
muntah karena obat tersebut tidak menyembuhkan penyenan muntahnya, malahan
dapat menyesatkan bila ternyata anak tengah menderita suatu kelainan saluran
pencernaan yang memerlukan upaya bedah. Selain itu muntah juga dapat
menimbulkan efek samping.
Adalah sangat penting mengetahui bahwa muntah/ gumoh berlebihan
pada bayi yang mengarah pada hal patologis ibu tak perlu khawatir, jika:
a.
BB bertambah (dalam rentang normal)
b.
Bayi tampak senang, pertumbuhan dan
perkembangan bayi normal.
Ibu perlu
khawatir dan penanganan medis, jika :
a.
Penurunan BB. Tidak ada kenaikan BB
b.
Infeksi dada berulang
c.
Muntah disertai darah
d.
Bayi dehidrasi
e.
Gangguan penafasan misalnya henti nafas, biru
atau nafas dehidrasi
f.
Muntah kehijauan
g.
Sakit perut selama 6 jam
h.
Muncul bintik-bintik merah muda/ keunguan yang
tidak hilang saat ditekan
i.
Bayi muntah selama 6 jam terakhir atau anak
selama 12 jam
j.
Tidak mau minum
k.
Mengantuk luar biasa dan rewel
Bersihkan muntah dengan lap atau kering agar
tak sempat berkontak terlau lama dengan kulit si bayi. Kalau tidak, kulit akan
memerah atau terjadi iritasi, yang berarti harus dilakukan pengobatan khusus.
Untuk membersihkan bekas muntah pada pakaian
bayi atau perabotan maupun lantai, gangguan campuran air dan soda kue karena
dapat menghilangkan noda yang menetap juga menghilangkan baunya.
Beberapa cara
meminimalisir gumoh dan muntah pada bayi.
1. Hindari memberikan ASI/ susu saat bayi berbaring, juga agar
bayi tetap dalam posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.
2. Hindari meletakan bayi dikursi bayi karena akan meningkatkan
tekanan pada parut.
3. Hindari
merangsang aktifitas yang berlebihan setelah menyusu.
4. Jangan menyusui selagi bayi menangis, berhentilah menyusi
untuk menenangkannya.
5.Kontrol jumlah ASI susu yang diberikan. Misalnya berikan ASI /
susu dengan jumlah sedikit tapi kering.
6. Sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang
masih membutuhkan bersendawa diantara 2 waktu menyusu.
7. Cek lubang dot yang digunakan untuk meberikan ASI/ susu jika
lubang terlalu kecil akan meningkatkan udara yang masuk. Jika terlalu besar,
susu akan mengalir dengan cepat yang memungkinkan bayi gumoh dan botol
dimiringkan sedemikian rupa sehingga susu yang memenuhi bagian dotnya, bukan
udara.
8. Hindari memberikan ASI / susu ketika bayi sangat lapar karena
bayi akan tergesa-gesa saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk.
9. Jika menyusui, posisi bayi dimiringkan kepalanya lebih tinggi
dari kaki sehingga membentuk sudut 450, jadi cairan yang masuk bisa turun
kebawah.
10. Jangan mengangkat bayi saat gumoh/ muntah. Segera mengangkat
bayi sat gumoh adalah berbahaya karena muntah/ gumoh bisa turun lagi, masuk ke
apru-paru sebaiknya miringkan atau tengkurupkan anak, biarkan saja ia muntah
sampai tuntas jangan ditahan.
11. Biarkan saja jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya.
Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk kedalam paru-paru
karena bisa menyebakan radang/ infeksi. Muntah pada bayi bukan Cuma keluar dari
mulut, tapi juga bisa keluar dari hidung. Hal ini terjadi karena mulut, hidung
dan tenggorokan punya saluranb yang berhubunga. Pada saat muntah, ada sebagian
yang keluar dari mulut dan sebagian lagi dari hidung. Mungkin karena muntahnya
banyak dan tidak bisa semuanya keluar dari mulut, maka cairan itu mencari jalan
keluar lewat hidung.
12. Hindari bayi tersedak. Bila sibayi tersedak dan muntahnya
masuk ke saluran pernafasan alias paru-paru, ini disebut aspirasi dan
berbahaya. Lebih bahaya lagi jika si bayi tersedak susu yang sudah masuk ke
lambung karena sudah mengandung asam dan akan merusak paru-paru. Untuk mencegah
kemungkinan tersedak, agar setiap kali bayi muntah selalu dimiringkan badannya.
Akan lebih baik jika sebelum bayi muntah (saat menunjukan tanda-tanda akan
muntah) segera dimiringkan/ didirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya.
2.8 Asuhan
Bidan
Muntah yang tidak disertai dengan gangguan
fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus. Meskipun demikian diperlukan
tindakan sebagai berikut :
a.Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan
pada saat makan. Hindari anak makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar
saluran cerna mempunyai kesempatan yang cukuip untuk mencerna makanan yang
masuk.
b.Ajarkan pola makan yang benar dan hindari
makanan yang merangsang serta menimbulkan alergi. Pemberian makanan juga harus
disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak, dengan memperhatikan menu gizi
seimbang, yaitu makan yang bervariasi dan mengandung unsur karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral. Protein dari susu sapi, telor, kacang-kacangan dan
ikan laut kadang-kadang menyebabkan alergi. Untuk itu orang
tua harus hati-hati dan bila perlu diganti dengan bahan makanan lain.
c.Ciptakan hubungan yang harmonis antara
orang tua dan anak. Orang tua yang mengabaikan kehadiran anak menciptakan situasi
yang menegangkan. Situasi tersebut merupakan situasi yang tidak menyenangkan anak
dan dapat berdampak pada fisik anak. Oleh karena itu, kasih sayang yang mencukupi
dan bimbingan yang bijaksana dari orang tua merupakan hal yang sangat
diperlukan.
d. Lakukan kolaborasi. Apabila muntah
disertai dengan gangguan fisiologis, seperti warna muntah yang kehijauan,
muntah secara proyektil, atau gangguan lainnya, segeralah bawa
anak ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain
itu, pemeriksaan penunjang juga sangat diperlukan.
2.9 Pengertian Gumoh
Gumoh berbeda dengan muntah. Keduanya
merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius. Hanya
sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi
gangguan serius.
Gumoh terjadi jika sebagian isi lambung keluar
mulut secara pasif dan tidak disertai kontraksi otot perut. Biasanya karena
kebanyakan makan atau kegagalan bayi mengeluarkan udara yang tertelan. Gumoh
biasanya terjadi sesaat setelah bayi makan, dimulai pada pekan-pekan pertama
kehidupannya. Gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir kebawah, bisa
sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak.
Sekitar 70% bayi berumur dibawah 4 bulan
mengalami gumoh minimal 1 kali setiap harinya, kejadian tersebut menurun sesuai
dengan bertambahnya usia hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan 5% pada umur 18
bulan. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai
komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.
Regurgitasi
adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan
tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes R.I, 1999).
Gumoh adalah
keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat setelah
minum susu botol/ menyusui dan dalam jumlah sedikit. (Depkes R.I, 1994).
Regurgitasi
merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi dengan usia
dibawah 6 bulan. Seiring dengan bertambahnya usia, yaitu sampai usia
diatas 6 bulan, maka regurgitas semakin jarang dialami oleh anak.
2.10 Etiologi
a. Posisi saat menyusui yang tidak tepat
b. Anak sudah kenyang tetapi tetap diberi
minum karena orang tuanya khawatir anaknya kekurangan makan
c. Posisi botol
d. Terburu-buru/tergesa-gesa
e. Dan lain-lain
Bayi Gumoh
(Jawa) biasanya hanya untuk membersihkan sisa susu dari mulutnya. Gumoh menjadi
abnormal bila jumlahnya banyak dan pertambahan berat badan tidak mencukupi.
Penyebab muntah dan Gumoh menurut pendapat
lain :
1. Gangguan mengeluarkan udara, karena udara berada dibawah susu
berada dalam perut. Ketika perut bayi berkontraksi, udara keluar dari dalam
perut dan membawa susu masuk kembali kekerongkongan. Bisa juga karena bayi baru
belajar menyusui, ia menghisap terlalu keras banyak atau terlalu cepat. Bayi
yang dipeluk terlalu keras setelah makan juga terpaicu untuk muntah.
2. Alergi terhadap susu formula atau alergen daam makanan yang
dimakan ibu dapat berpengaruh pada bayi. Tanda-tanda adanya kepekaan terhadap
makanan sebagai penyebab kerewelan, sakit perut, serta tingkah laku gelisah,
adalah pola yang disebut dengan kolik 24 jam, yaitu rasa sakit yang terjadi
maksimum 24 jam setelah ibu mengkonsumsi agi makanan yang sama.
Umumnya makanan yang berpootensi mengganggu dalam ASI adalah
produk olahan berbahan susu, makanan atau minuman yang mengandung kafein
(minuman ringan, cokelat, kopi, teh dan sebagainya), biji-bijian dan
kacang-kacangan (gandum, jagung, kacang tanah, dan lain-lain), makanan pedas,
dan makanan yang mengandung gas (brokoli, bawang putih, tauge, cabe hijau,
kembang kol, kubis)
3. Ganguan usus atau kemacetan didalam usus yang membuat susu
tidak dapat melintas sehingga kembali ke kekerongkongan, yang paling umum dalam
kondisi ini adalah stenosispylorus . tanda-tandanya adalah :
a.Bayi muntah dengan semburan yang sangat kuat dan terjadi terus
menerus.
b. Berat tubuh berkurang atau gagal mempeoleh kenaikan berat
badan
c. Terjadi tanda dehidrasi: kulit berkerut, mulut kering, mata
kering, dan jumlah popok kotor berkurang.
d. Perut membengkan seperti balon setelah makan dan dikodongkan
setelah muntah.
e. Rasa lapar meningkat dan ia bersemangat makan, disusn dengan
muntah dan kembali makan dengan bersemangat.
4. Gastroesophagal Reflux, atau kondisi dimana isi lambung yang
banyak mengandung asam naik kembali ke kerongkongan. Tanda-tandanya adalah
a. Bayi sering menangis
sangat keras dan sulit dibujuk untuk diam
b. Sering muntah-muntah
juga melalui hidung
c. Menderita rasa sakit
di perut, siang dan malam
d. Bangun malam karena sakit
e. Rewel setelah makan,
menarik-narik kaki dan lututnya kearah dada
f. Sering bersedawa kering atau tersedak dan cegukan
g. Air liur keluar secar
berlebihan.
Tanda-tanda awal adanya masalah dengan pemberian ASI/ susu pada
bayi, antat lain :
1. Bayi tidak tenang atau rewel atau selalu gelisah sepanjang
waktu
2. Bayi tidak ingin menyusu atau tidak bernafsu
3. Bayi selalu menangis saat atau setalah menyusu
4. Bayi muntah atau gumoh secara berlebihan yang berulang dan
sering.
2.11 Patofisiologi
Biasanya bayi mengalami gumoh setelah
diberi makan. Selain karena pemakaian gurita dan posisi saat menyusui, juga
karena ia ditidurkan telentang setelah diberi makan. Cairan yang masuk di tubuh
bayi akan mencari posisi yang paling rendah. Bila ada makanan yang masuk ke
Esofagus atau saluran sebelum ke lambung, maka ada refleks yang bisa
menyebabkan bayi gumoh. Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini
terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan
lagi. Akibatnya bayi tidak hanya mengalami gumoh tapi juga bisa muntah. Lambung
bayi punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang sehari
bisa minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc.
2.12 Tanda
dan Gejala
a. Mengeluarkan kembali susu saat
diberikan minum.
b. Gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali sehari.
c. Tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi.
d. Bayi tidak menolak minum.
2.13 Pencegahan
a.Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui
yang benar adalah mulut bayi menempel pada sebagian areola dan dagu payudara
ibu.
b.Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI
eksklusif). Pemberian makanan tambahan dibawah 6 bulan memperbesar resiko
alergi, diare, obesitas serta mulut dan lidah bayi masih dirancang untuk
menghisap, bukan menelan makanan.
c.Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi
sering (minimal 2 jam sekali), jangan langsung banyak.
d.Jangan memakaikan gurita tertalu ketat.
e. Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
f.Tinggikan posisi kepala dan dada bayi
saat tidur.
g. Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu.
h.Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau
cacat bawaan segera bawa ke petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat
sedini mungkin.
i. Apabila menggunakan botol, perbaiki
cara minumnya. Posisi botol susu diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi
seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi.
j.Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi
yang selesai minum jangan langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu
terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara:
1) Bayi digendong agak tinggi (posisi
berdiri) dengan kepala bersandar dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk
perlahan-lahan sampai terdengar suara bersendawa.
2) Menelungkupkan bayi
di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi sampai terdengar suara
bersendawa.
2.14 Penatalaksanaan
a. Bersikaplah tenang.
b. Segera miringkan badan bayi agar cairan
tidak masuk ke paru-paru (jangan mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena
beresiko cairan masuk ke paru-paru).
c. Bersihkan segera sisa gumoh dengan
tissue atau lap basah hingga bersih,pastikan lipatan leher bersih agar tidak
menjadi sarang kuman dan jamur.
d. Jika gumoh keluar lewat hidung,
cukup bersihkan dengan cotton bud, jangan menyedot dengan mulut karena akan menyakiti
bayi dan rentan menularkan virus.
e. Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi.
2.15 Asuhan
Bidan
a. Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang harus mendapat perawatan yang baik.
b. Menginformasikan pada ibu
bahwa gumoh disebabkan posisi saat menyusui yang tidak tepat atau posisi botol
yang salah
c. Memberitahu ibu untuk
memperbaiki cara minumnya, posisi saat memberikan susu dari botol dan
sendawakan bayi sesaat setelah minum ASI.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muntah adalah keluarnya sebagain besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi isi
lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin
mengalami muntah lendir bahkan kadang disertai dengan darah.
Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda
dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu
hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian kecil kasus muntah
bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius.
Baik gumoh dan
muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung. Bedanya gumoh terjadi
seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit (seperti meludah)
atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan muntah lebih cenderung
dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa kontraksi lambung.
Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1 kali
setiap
harinya, dan kejadian tersebut
menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan
5 % pada umur 18 bulan. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat
menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi
3.2 Saranl
a. Hindari memberikan ASI/susu saat bayi
berbaring. Jaga agar bayi tetap dalam posisi
tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.
b. Hindari meletakkan bayi di kursi bayi
karena akan meningkatkan tekanan pada perut.
c. Hindari merangsang aktivitas yang
berlebihan setelah bayi menyusu.
d.Kontrol jumlah ASI/susu yang
diberikan.misal Berikan ASI /susu dengan jumlah sedikit tapi sering.
e. Sendawakan bayi segera setelah menyusu.
Bahkan bayi terkadang masih membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu.
f. Check lubang dot yang Anda gunakan untuk
memberikan ASI/susu. Jika lubang terlalu kecil akan meningkatkan udara yang
masuk. Jika terlalu besar ,susu akan mengalir dengan cepat yang bisa
memungkinkan bayi Anda gumoh.
g. Hindari memberikan ASI/susu ketika bayi
sanagt lapar, karena bayi akan tergesa-gesa saat minum sehingga akan
menimbulkan udara masuk.
h. Jika menyusui, posisi bayi dimiringkan.
Kepalanya lebih tinggi dari kaki sehingga membentuk sudut 45 derajat. Jadi
cairan yang masuk bisa turun ke bawah.
i. Jangan mengangkat bayi saat gumoh
atau muntah. Segera mengangkat bayi saat gumoh adalah berbahaya, karena
muntah atau gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru dan akhirnya malah mengganggu
paru. Bisa radang paru. Sebaiknya, miringkan atau tengkurapkan anak. Biarkan
saja ia muntah sampai tuntas jangan ditahan.
j. Biarkan saja jika bayi mengeluarkan
gumoh dari hidungnya. Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali
dihirup dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau
infeksi. Muntah pada bayi bukan cuma keluar dari mulut, tapi juga bisa dari
hidung. Hal ini terjadi karena mulut, hidung, dan tenggorokan punya saluran
yang berhubungan. Pada saat muntah, ada sebagian yang keluar dari mulut dan
sebagian lagi dari hidung. Mungkin karena muntahnya banyak dan tak semuanya
bisa keluar dari mulut, maka cairan itu mencari jalan keluar lewat hidung.
k. Hindari bayi tersedak. Bila si
bayi tersedak dan muntahnya masuk ke saluran pernapasan alias
paru-paru. Ini disebut aspirasi dan berbahaya. Lebih bahaya lagi jika si
bayi tersedak susu yang sudah masuk ke lambung karena sudah mengandung asam dan
akan merusak paru-paru. Untuk mencegah kemungkinan tersedak, agar setiap kali
bayi muntah selalu dimiringkan badannya. Akan lebih baik jika sebelum si bayi
muntah (saat menunjukkan tanda-tanda akan muntah) segera dimiringkan atau
ditengkurapkan atau didirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya.
l. Observasi sangat penting untuk mengetahui bahwa muntah atau gumoh berlebihan pada bayi yang mengarah pada
hal patologis. Tak perlu dikhawatirkan jika berat
badan bertambah (dalam rentang normal), bayi tampak senang dan tumbuh kembangnya normal. Sebaliknya, perlu khawatir jika terjadi penurunan berat badan atau tidak ada kenaikan berat badan, infeksi
dada berulang, muntah disertai darah, bayi dehidrasi dan
gangguan pernafasan misal
henti nafas, biru atau nafas pendek, karena sistem pencernaannya belum sempurna,
muntah adalah hal yang lumrah dialami bayi. Namun, ibu juga perlu waspada adanya
faktor penyakit pemicu muntah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar