BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan
kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, dimana
tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat besar peranannya dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka mengimbangi makin
ketatnya persaingan bebas di era globalisasi. Keberhasilan pembangunan
kesehatan tersebut memerlukan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan
produktif dengan melibatkan semua sektor terkait termasuk swasta dan
masyarakat.
Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Oleh karena itu perlu diselenggarakan upaya kesehatan dengan
pendekatan pemeliharaan, promosi kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dalam rangka memajukan kesehatan
masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka diperlukan
strategi promosi kesehatan baik kepada pemerintah, tokoh masyarakat, dan
khususnya kepada masyarakat. Maka kami tertarik mengambil judul strategi
promosi kesehatan untuk mengetahui bagaimana strategi promosi kesehatan yang di
tujukan kepada pemerintah, tokoh masyarakat, dan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
a. Menjelaskan definisi strategi promosi kesehatan ?
b. Menjelaskan strategi promosi kesehatan menurut WHO ?
c. Bagaimana strategi promosi kesehatan menurut piagam ottawa ?
d. Menjelaskan peningkatan kesmas ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi strategi promosi kesehatan.
b. Untuk mengetahui strategi promosi kesehatan menurut WHO.
c. Untuk mengetahui strategi promosi kesehatan menurut piagam ottawa.
d. Untuk mengetahui peningkatan kesmas.
e.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Strategi promosi kesehatan adalah untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan
secara efektif dan efisien,
diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut
strategi, yakni cara bagaimana
mencapai atau teknik atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatantersebut
secara berhasil guna dan berdaya guna.
2.2 Strategi Promosi
Kesehatan Menurut WHO
Berdasarkan keputusan WHO pada
tahun 1994, strategi promosi kesehatan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
sebagai berikut:
a. Advokasi
Advokasi
adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu
atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan,
advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan
di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat,
sehingga para penjabat tersebut mau
mendukung program kesehatan yang kita
inginkan. Dukungan dari para pejabat
pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat
instruksi dan sebagainya.
Kegiatan
advokasi ini bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun informal. Secara
formal misalnya, penyajian atau presentasi dan
seminar tentang issu atau
usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal
misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan,
untuk secara informal meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau
mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas
lain. Dari uraian dapat di advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor yang terkait dengan masalah kesehatan (sasaran
tertier).
b. Dukungan Sosial (Social support)
Strategi
dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial
melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun
informal.
Tujuan utama
kegiatan ini adalah agar para tokoh
masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program
kesehatan dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan
mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan
program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi
dalam program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau
membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan
sosial ini antara lain: pelatihan
pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma dan sebagainya.
Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah
para tokoh masyarakat di berbagai tingkat
(sasaran sekunder).
c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan
adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada masyarakat langsung.
Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan).
Bentuk
kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan,
antaralain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat
dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan
pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan
ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan
mereka, misaln ya terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa,
berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan- kegiatan semacam ini di
masyrakat sering disebut “gerakan masyarakat” untuk kesehatan. Dari uraian
tersebut sasaran pemberdayaan masyarakat adalah
masyarakat.
2.3 Strategi Promosi
Kesehatan Menurut Piagam Ottawa
Konferensi Internasional
Promosi Kesehatan di Ottawa ± Canada pada tahun 1986 menghasilkan piagam Otawa
(Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru
promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir,
yaitu:
a. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health
Public Policy)
Suatu
strategi promosi kesehatan yang di tujukan
kepada para penentu atau pembuat kebijakan, agar mereka
mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan
kesehatan.
Dengan perkataan lain, agar
kebijakan- kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusab dan sebagainya, selalu
berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan publik. Misalnya, ada peraturan
atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkingan untuk
mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit,
dan sebagainya. Dengan katalain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat
publik, harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan
masyarakat).
b. Lingkungan yang mendukung (Supportive
Environment)
Strategi ini
ditujukan kepada para
pengelolatempat umum,termasuk pemerintah
kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukung
terciptanya perilaku sehat bagi
masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi
tempat-tempat umum antara lain: tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang air besar/kecil, tersedianya
air bersih, tersedianya ruangan bagi para perokok dan non-perokok dan
sebagainya.
c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)
Sudah
menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan kesehatan itu ada “provider” dan “consumer”.
Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta, dan
masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman
semacam ini harus diubah dan harus diorientasi lagi, bahwa masyarakat bukan
sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga
sebagai penyelenggara, dalam batas-batas tertentu. Realisasi dari reorientasi pelayanan
kesehatan ini, adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintrah
maupun swasta harus melibatkan diri, bahkan memberdayakan masyarakat agar
mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan,
tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam
meorientasikan pelayanan kesehatanini peran promosi kesehatan sangat penting.
d. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Kesehatan
masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga, dan
kelompok-kelompok. Oleh sebab itu,
kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok-
kelompok tersebut terwujud. Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-pemahaman
kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah
penyakit, mengenal penyakit, mencari
pengobatan ke fasilitas kesehatan
profesional, meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode dan teknik
pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual daripada massa.
e. Gerakan masyarakat (Community Action)
Untuk
mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ada
gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karenaitu, promosi kesehatan harus mendorong dan
memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa
adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, maka akan terwujud perilaku
yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara
serta meningkatkan kesehatan mereka.
Dalam piagam Ottawa tersebut
juga mencantumkan ada 9 (sembilan) faktor sebagai prasyarat untuk kesehatan,
yaitu:
1. Perdamaian/keamanan.
2. Tempat tinggal.
3. Pendidikan.
4. Makanan.
5. Pendapatan.
6. Ekosistem yang stabil dan seimbang.
7. Sumber daya yang berkesinambungan.
8. Keadilan sosial.
9. Pemerataan.
2.4 Peningkatan Kesmas
Beberapa upaya promosi kesehatan yang telah dilakukan dalam rangka
peningkatan kesmas antara lain:
1. Dukungan promosi
kesehatan dalam mengembangkan kebijakan sehat melalui upaya sosialisasi dan
advokasi kepada lintas program dan sektor.
Pusat
Promosi Kesehatan turut mendorong beberapa kebijakan berwawasan kesehatan
khususnya terkait sosialisasi dan advokasi pengembangan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) dan Ruang Menyusui. Kebijakan yang telah dikembangkan antara lain:
Perjanjian Bersama antara Kementerian Kesehatan dengan Kementerian dalam Negeri
tentang KTR tahun 2010; Kepmenkes RI Nomor 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang
Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu; Kepmenkes Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia;
Peraturan Bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan, Nakertrans dan
Kesehatan tentang Peningkatan pemberian ASI Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja.
2. Penguatan kemitraan
melalui organisasi masyarakat dan dunia usaha.
Pusat
Promosi Kesehatan telah mengembangkan kemitraan dengan 17 Organisasi Masyarakat
dan kemitraan dengan 23 Dunia Usaha melalui Corporate Social Responsibility
(CSR) untuk mendukung pelaksananaan pembangunan kesehatan.
3. Kampanye Kesehatan dalam rangka menciptakan
lingkungan yang kondusif melalui berbagai saluran media dan berbagai kesempatan.
Pusat
Promosi Kesehatan telah melakukan kampanye berkaitan dengan program
prioritas dan MDG's, mendukung Hari-Hari Besar Kesehatan, dan mendukung event
nasional lintas sektoral seperti Hari Anak Nasional (HAN), dll.
4. Mengembangkan Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) melalui Gerakan Masyarakat dan
Mobilisasi Sosial.
Pusat
Promosi Kesehatan telah mengembangan Desa Siaga Aktif, peningkatan kualitas
posyandu dan UKBM lainnya (poskedes, poskestren) melalui upaya pembinaan,
pengembangan PHBS di 5 tatanan, dan melakukan gerakan masyarakat dalam
pembudayaan PHBS.
Berdasarkan penjelasan tersebut
di atas, ada beberapa simpulan dalam peningkatan kesmas, sbb:
a. Masalah kesehatan sangat komplek sehingga penyelesaiannya memerlukan peran
aktif tidak hanya sektor kesehatan saja. Tingkat kesehatan tidak hanya
ditentukan oleh faktor biologis ditingkat mikro tetapi lebih ditentukan oleh
berbagai faktor sosial, ekonomi, politik ditingkat makro secara menyeluruh.
b. Implementasi pencapaian tujuan kesehatan masyarakat memerlukan
langkah-langkah kebijakan intersektoral dan pendekatan multidisiplin yg dapat
mengubah sosial determinan tersebut.
Pemerintah baik pusat, provinsi, kabupaten/kota; swasta dan masyarakat perlu mengupayakan pendorongan kebijakan investasi sosial dan ekonomis yg lebih besar di masyarakat guna mewujudkan kondisi sosial dan lingkungan fisik yg menguntungkan bagi tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi dan berkeadilan.
MENGATASI
MASALAH
KESEHATAN
MASYARAKAT
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Strategi
promosi kesehatan adalah untuk mewujudkan atau mencapai visi
dan misi promosi kesehatan secara efektif
dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering
disebut strategi, yakni cara
bagaimana mencapai atau teknik atau mewujudkan visi dan misi promosi
kesehatantersebut secara berhasil guna dan berdaya guna.
Berdasarkan
penjelasan tersebut di atas, ada beberapa simpulan dalam peningkatan kesmas,
sbb:
a. Masalah kesehatan sangat komplek sehingga penyelesaiannya memerlukan peran
aktif tidak hanya sektor kesehatan saja. Tingkat kesehatan tidak hanya
ditentukan oleh faktor biologis ditingkat mikro tetapi lebih ditentukan oleh
berbagai faktor sosial, ekonomi, politik ditingkat makro secara menyeluruh.
b. Implementasi pencapaian tujuan kesehatan masyarakat memerlukan
langkah-langkah kebijakan intersektoral dan pendekatan multidisiplin yg dapat
mengubah sosial determinan tersebut.
Pemerintah baik pusat, provinsi, kabupaten/kota; swasta dan masyarakat perlu mengupayakan pendorongan kebijakan investasi sosial dan ekonomis yg lebih besar di masyarakat guna mewujudkan kondisi sosial dan lingkungan fisik yg menguntungkan bagi tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi dan berkeadilan.
3.2 Saran
Dalam
pembuatannya, masih banyak terdapat kekeliruan pada makalah ini. Oleh karena
itu, perlu diadakan koreksi agar dalam pembuatan makalah yang akan datang lebih
baik lagi. Selain itu, makalah ini disarankan pula untuk dijadikan tolak ukur
dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar