BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan
intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali.
Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan
atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali.
Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik
terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi
juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu,
perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat
dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir.
Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian
neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada
masa neonatus. Salah satu kasus yang banyak dijumpai di sejumlah negara tropis
dan negara yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah adalah kasus tetanus.
Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di
negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Mortalitasnya
sangat tinggi karena biasanya baru mendapat pertolongan bila keadaan bayi sudah
gawat. Penanganan yang sempurna memegang peranan penting dalam menurunkan angka
mortalitas. Tingginya angka kematian sangat bervariasi dan sangat tergantung
pada saat pengobatan dimulai serta pada fasilitas dan tenaga perawatan yang
ada.
Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi
kematian. Contoh, pada tahun 80-an tetanus menjadi penyebab pertama kematian
bayi di bawah usia satu bulan. Namun, pada tahun 1995 kasus serangan tetanus
sudah menurun, akan tetapi ancaman itu tetap ada sehingga perlu diatasi secara
serius. Tetanus juga terjadi pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus
neonatorum, karena umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu
bulan (neonatus). Penyebabnya adalah spora Clostridium tetani yang masuk
melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi
syarat kebersihan.
Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi seorang
tenaga medis, terutama seorang bidan dapat memberikan pertolongan/tindakan
pertama atau pelayanan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kewenangan dalam
menghadapi kasus tetanus neonatorum.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari
tetanus neonatorum ?
2. Apa etiologi dari
tetanus neonatorum?
3. Apa epidemiologi dari
tetanus neonaorum?
4. Apa patologi dari
tetanus neonatorum?
5. Apa diagnosis dari
tetanus neonatorum?
6. Apa pencegahan dari
tetanus neonatorum?
7. Apa penanganan dari
tetanus neonatorum?
1.3 Tujuan Masalah
1.
Mengetahui pngertian dari tetanus neonatorum
2. Mengetahui etiologi
dari tetanus neonatorum
3. Mengetahui
epidemiologi dari tetanus neonatorum
4. Mengetahui patologi
dari tetanus neonatorum
5. Mengetahui diagnosis
dari tetanus neonatorum
6. Mengatahui pencegahan
dari tetanus neonatorum
7. Mengetahui penanganan dari tetanus neonatorum
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tetanus Neonatorum
Tetanus merupakan penyakit yang akut dan sering kali
fatal. Kata tetanus berasal dari bahasa yunani tetanos, yang diambil
dari kata teinein yang berarti teregang.
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang
terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang sistem saraf pusat. (Abdul Bari
Saifuddin, 2000)
Tetanus neonatorum merupakan penyebab kejang yang
sering dijumpai pada bayi baru lahir yang bukan karena trauma kelahiran atau
asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain
terjadi sebagai akibat pemotongan tali pusat atau perawatan yang tidak aseptik.
Tetanus
neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia
kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium
Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem
saraf pusat.
Kebanyakan
tetanus neonatorum terdapat pada bayi yang lahir dengan dukun peraji yang belum
mengikuti penataran dari Departemen Kesehatan. Dermatol yang dahulu dipakai
sebagai obat pusar sekarang tidak dibenarkan lagi untuk dipakai karena ternyata
pada dermatol dapat dihinggapi spora clostridium tetani. Spora kuman tersebut
masuk ke dalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya yaitu tali pusat
yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat pada saat bayi lahir maupun
pada saat perawatannya (sebelum terlepasnya tali pusat). Misalnya pemotongan
tali pusat dengan gunting yang tidak steril atau setelah tali pusat dipotong
dibubuhi abu, minyak, daun-daunan dan sebagainya. Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari, apabila
masa inkubasi kurang dari 7 hari biasanya penyakit lebih parah dan angka
kematiannya tinggi.
Faktor
resiko untuk terjadinya tetanus neonatorum, yaitu :
1) Pemberian
imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil tidak dilakukan atau tidak
lengkap atau tidak sesuai dengan ketentuan program
2) Pertolongan
persalinan tidak memenuhi syarat-syarat 3 bersih
3) Perawatan tali
pusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan
Kekebalan
terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Sembuh dari
penyakit tidak berarti bayi selanjutnya kebal terhadap tetanus. Toksin tetanus
dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit tetanus, tidak cukup untuk
merangsang tubuh penderita dalam membentuk zat anti body terhadap tetanus.
Itulah sebabnya bayi penderita tetanus harus menerima imunisasi TT pada saat
diagnosis dan/atau setelah sembuh.
TT
akan merangsang pembentukan antibody spesifik yang mempunyai peranan penting
dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT
dalam tubuhnya akan membentuk antibody tetanus. Seperti difteri, antibody
tetanus termasuk dalam golongan IgG yang mudah melewati sawar plasenta, masuk
dan menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh, yang akan mencegah
terjadinya tetanus neonatorum.
Imunisasi
TT pada ibu hamil diberikan 2 kali (2 dosis). Jarak pemberian TT pertama dan
kedua serta jarak antara TT kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan
kadar antibody tetanus dalam darah bayi. Interval imunisasi TT dosis pertama
dengan dosis kedua minimal 4 minggu. Semakin lama interval antara pemberian TT
pertama dan kedua serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi, maka kadar
antibody tetanus dalam darah bayi akan semakin tinggi, karena interval yang
panjang akan mempertinggi respon imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk
menyeberangkan antibody tetanus dalam jumlah yang cukup dari tubuh ibu hamil ke
tubuh bayinya.
TT
adalah anti gen yang sangat aman dan juga aman untuk ibu hamil. Tidak ada
bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Pada ibu hamil
yang mendapatkan imunisasi TT tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan
ataupun abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan imunisasi.
2.2 Etiologi
Penyebab
penyakit ini adalah clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerobik dan
mengeluarkan eksotoksin yang neorotropoik.
2.3 Epidemiologi
Clostridium tetani berbentuk batang
langsing, tidak berkapsul, gram positip. Dapat bergerak dan membentuk
sporaspora, terminal yang menyerupai tongkat penabuh genderang (drum stick).
Spora spora tersebut kebal terhadap berbagai bahan dan keadaan yang merugikan
termasuk perebusan, tetapi dapat dihancurkan jika dipanaskan dengan otoklaf.
Kuman ini dapat hidup bertahun-tahun di dalam tanah, asalkan tidak terpapar
sinar matahari, selain dapat ditemukan pula dalam debu, tanah, air laut, air
tawar dan traktus digestivus manusia serta hewan.
2.4 Patologi
Masa tunas biasanya 3-10 hari, kadang-kadang sampai
beberapa minggu jika infeksinya ringan. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak
dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan
leher,dalam 24 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus.
Pada
tetanus neonatorum perjalanan penyakit lebih cepat dan berat, anamnesis lebih
spesifik yaitu :
1. Tubuh bayi tiba-tiba
panas
2. Bayi yang semula
dapat menetek menjadi sulit menetek (trismus) karena kejang otot rahang dan tenggorok
3. Mulut bayi mencucu
seperti mulut ikan (gejala yang khas)
4. Kejang terutama
apabila terkena rangsangan cahaya, suara dan sentuhan
5. Kadang-kadang
disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru
6. Kaku kuduk sampai
opistotonus (kepala mendongak keatas)
7. Dinding abdomen
kaku, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang
8. Suhu tubuh bayi
meningkat
9. Dahi berkerut,
alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka rhisus sardonikus
10. Ekstermitas biasanya terulur dan kaku
11. Tiba-tiba bayi sensitif terhadap
rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis
Tetanus
neonatorum harus memiliki kriteria, yaitu bayi lahir hidup, dapat menangis dan
menetek dengan normal minimal 2 hari, pad bulan pertama kehidupan timbul gejala
sulit menetek disertai kekakuan an/atau kejang otot.
Tabel Perbandingan Tetanus Neonatorum Sedang dan Berat
Kategori
|
Tetanus Neonatorum Sedang
|
Tetanus Neonatorum Berat
|
Umur
|
>7 hari
|
0-7 hari
|
Frekuensi kejang
|
Kadang-kadang
|
Sering
|
Bentuk kejang
|
Mulut mencucu, trismus kadang-kadang, kejang rangsang(+)
|
Mulut mencucu, trismus terus-menerus, kejang rangsang (+)
|
Posisi Badan
|
Opistotonus kadang-kadang
|
Selalu Opistotonus
|
Kesadaran
|
Masih sadar
|
Masih sadar
|
Tanda infeksi
|
Tali pusat kotor, lubang telinga bersih/kotor
|
Tali pusat kotor, lubang telinga bersih/kotor
|
2.6 Diagnosis
Diagnosis tetanus neonetorum tidak susah. Trismus,
kejang umum, dan mengkakunya otot-otot merupakan gejala utama tetanus
neonatorum. Kejang dan mengkakunya otot-otot dapat pula ditemukan misalnya pada
kernicterus, hipokalsemia, meningitis, trauma lahir, dan lain-lain. Gejala
trismus biasanya hanya terdapat pada tetanus.
2.7 Pencegahan
1. Bersih tangan
Sebelum menolong persalinan, tangan poenolong disikat
dan dicuci dengan sabun sampai bersih. Kotoran di bawah kuku dibersihkan dengan
sabun. Cuci tangan dilakukan selama 15 – 30 “ . Mencuci tangan secara benar dan
menggunakan sarung tangan pelindung merupakan kunci untuk menjaga lingkungan
bebas dari infeksi.
2. Bersih alas
Tempat atau alas yang dipakai untuk persaliunan harus
bersih, karena clostrodium tetani bisa menular dari saluran genetal ibu pada
waktu kelahiran.
3. Bersih alat
Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang
steril. Metode sterilisasi ada 2, yang pertama dengan pemanasan kering : 1700
C selama 60 ‘ dan yang kedua menggunakan otoklaf : 106 kPa, 1210 C
selama 30 ‘ jika dibungkus, dan 20 ‘ jika alat tidak dibungkus.
Untuk perawatan tali pusat baik sebelum maupun setelah
lepas, cara yang murah dan baik yaitu mernggunakan alkohol 70 % dan kasa steril.
Kasa steril yang telah dibasahi dengan alkohol dibungkuskan pada tali pusat
terutama pada pangkalnya. Kasa dibasahi lagi dengan alkohol jika sudah kering.
Jika tali pusat telah lepas, kompres alkohol ditruskan lagi sampai luka bekas
tali pusat kering betul (selama 3 – 5 hari). Jangan membubuhkan bubuk dermatol
atau bedak kepada bekas tali pusat karena akan terjadi infeksi.
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh
melalui imunisasi TT. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya
akan membentuk antibodi tetanus. Seperti difteri, antibodi tetanus termasuk
dalam golongan Ig G yang mudah melewati sawar plasenta, masuk dan menyebar
melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh janin, yang akan mencegah
terjadinya tetanis neonatorum.
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali ( 2
dosis). Jarak pemberian TT pertama dan kedua, serta jarak antara TT kedua
dengan saat kelahiran, sangat menentukan kadar antibodi tetanus dalam darah
bayi. Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan kedua serta antara
TT kedua dengan kelahiran bayi maka kadar antibosi tetanus dalam darah bayi
akan semakin tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi respon
imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyeberangkan antibodi tetanus
dalam jumlah yan cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.
TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk
ibu hamil tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi
TT . Pada ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT tidak didapatkan perbedaan
resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan imunisasi
.
Pemberian Imunisasi TT dan Lamanya Perlindungan
Dosis
|
Saat Pemberian
|
% Perlindungan
|
Lama Perlindungan
|
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
|
Pada kunjungan pertama atausedini
mungkin pada kehamilan
Minimal 4 minggu setelah TT1
Minimal 6 bulan setelah TT2
atau selama kehamilan berikutnya
Minimal setahun setelah TT3
atau selama kehamilan berikutnya
Minimal setahun setelah TT4
atau selama kehamilan berikutnya.
|
0
80 %
95 %
99 %
99 %
|
Tidak ada
3 tahun
5 tahun
10 tahun
selama usia subur
|
2.8 Penatalaksanaan
1.
Medik
Mengatasi kejang
Kejang dapat
diatasi dengan mengurangi rangsangan atau pemberian obat anti kejang. Obat yang
dapat dipakai adalah kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital dapat
diberikas mula-mula 30 – 60 mg parenteral kemudian dilanjutkan per os dengan
dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal,
mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap
hari. Kombinasi yang lain adalah luminal dan diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg
BB. Obat anti kejang yang lain adalah kloralhidrat yang diberikan lewat rektum.
Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi
A.T.S (antitetanus serum) dengan dosis 10.000 satuan setiap hari serlama 2 hari
.
Pemberian antibiotika
Untuk mengatasi inferksi dapat digunakan penisilin
200.000 satuan setiap hari dan diteruskan sampai 3 hari panas turun.
Tali pusat dibersihkan atau di kompres dengan alkohol 70
% atau betadin 10 %.
Memperhatikan jalan nafas, diuresis,
dan tanda vital. Lendir sering dihisap.
2.
Perawatan
Masalah yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi
gangguan pernafasan, kebutuhan nutrisi/cairan dan kurangnya pengetahuan orang
tua mengenai penyakit.
Bahaya terjadinya gangguan pernafasan
Gangguan pernafasan yang sering timbul adalah apnea,
yang disebabkan adanya tenospasmin yang menyerang otot-otot pernafasan sehingga
otot tersebut tidak berfungsi. Adanya spasme pada otot faring menyebabkan
terkumpulnya liur di dalam rongga mulut sehingga memudahkan terjadinya
poneumonia aspirasi. Adanya lendir di tenggorokan juga menghalangi kelancaran
lalu lintas udara (pernafasan). Pasien tetanus neonatorum setiap kejang selalu
disertai sianosis terus-menerus. Tindakan yang perlu dilakukan :
a. Baringkan
bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjal di bawah bahunya.
b. Berikan O2
secara rumat karena bayi selalu sianosis (1 – 2 L/menit jika sedang terjadi
kejang, karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi
dapat sampai 4 L/menit, jika kejang telah berhenti turunkan lagi).
c. Pada saat
kejang, pasangkan sudut lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan
memudahkan penghisapan lendirnya.
d. Sering hisap
lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat
apnea dan sewaktu-waktu terlihat pada mulut bayi.
e. Observasi tanda vital setiap ½ jam .
f. Usahakan agar tempat tidur bayi dalam
keadaan hangat.
g. Jika bayi menderita apnea :
h. Hisap lendirnya sampai bersih
i. O2 diberikan lebih besar (dapat
sampai 4 L/ menit)
j. Letakkan
bayi di atas tempat tidurnya/telapak tangan kiri penolong, tekan-tekan bagian
iktus jantung di tengah-tengah tulang dada dengan dua jari tangan kanan dengan
frekuensi 50 – 6 x/menit.
k. Bila belum
berhasil cabutlah sudut lidahnya, lakukan pernafasan dengan menutup mulut dan
hidung bergantian secara ritmik dengan kecepatan 50 – 60 x/menit, bila perlu
diselingi tiupan.
Kebutuhan nutrisi/cairan
Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaan payah,
untuk memenuhi kebutuhan makananya perlu diberikan infus dengan cairan glukosa
10 %. Tetapi karena juga sering sianosis maka cairan ditambahkan bikarbonas
natrikus 1,5 % dengan perbadingan 4 : 1. Bila keadaan membaik, kejang sudah
berkurang pemberian makanan dapat diberikan melalui sonde dan selanjutnya
sejalan dengan perbaikan bayi dapat diubah memakai dot secara bertahap.
Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus
peru diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat, maka memerlukan
tindakan dan pengobatan khusus, kerberhasilan pengobatan ini tergantung dari
daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan hal ini
mengingat untuk tetanus neonatorum memerlukan alat/otot yang biasanya di RS
tidak selalu tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya mikrodruip). Selain
itu yang perlu dijelaskan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan
pencegahan tetanus di puskesmas, atau bidan, dan minta pertolongan persalinan
pada dokter, bidan atau dukun terlatih yang telah ikut penataran Depkes.
Kemudian perlu diberitahukan pula cara pearawatan tali pusat yang baik.
Bagan Penanganan
Tetanus Neonatorum
Tanda – tanda
|
Tiba-tiba bayi demam/panas, mendadak bayi tidak
mau/tidak bisa menetek (mulut tertutup atau trismus), mulut mencucu seperti
ikan, mudah sekali kejang
(misalnya kalau dipegang, kena sinar, atau
kaget-kaget), disertai sianosis, kuduk kaku, posisi punggung melengkung,
kepala mendongak keatas (opistotonus).
|
|
KATEGORI
|
Tetanus Neonatorum Sedang
|
Tetanus Neonatorum Berat
|
PENILAIAN
|
>7 hari
Kadang-kadang
ü
Mulut mencucu
ü
Trismu
kadang-kadang
ü
Kejang
rangsang (+)
Opistotonus kadang-kadang
Masih sadar.
ü
Tali pusat
kotor
ü
Lubang
telinga bersih/kotor
|
0-7
Sering
ü
Mulut mencucu
ü
Trismus
terus-menerus
ü
Kejang
rangsang (+)
Selalu opistotonus
Masih sadar.
ü
Tali pusat
kotor
ü
Lubang
Telinga bersih/kotor
|
·
Umur bayi
·
Frekuensi
kejang
·
Bentuk kejang
·
Posisi badan
·
Kesadaran
·
Tanda-tanda
infeksi
|
||
PENANGANAN
|
|
|
PUSKESMAS
|
·
Bersihkan
jalan nafas
·
Masukan
sendok/spatel dibungkus kain untuk menekan lidah
·
Beri oksigen
·
Atasi kejang
dengan :
ü
Diazepan
0.5 mg/kg/i.m atau supositoria
ü
Apabila masih
kejang, ulangi tiap 30 menit.
ü
Ditambah
luminal 30 mg i.m sampai kejang berhenti.
·
Infus glukosa
10% sebanyak 80 ml/kg/hari.
·
Antibiotika 1
kali (pensilin50.000 U/kg/hari i.m)
·
Bersihkan
tali pusat
·
Rujuk ke
rumah sakit
|
|
Rumah Sakit
|
Sama seperti diatas
|
Sama seperti diatas
|
·
Umur lebih
dari 24 jam ditambah bikarbonas natrikus 1,5 %(4:1)
·
Dosis anti
kejang i.v dengan dosis rumat
·
Diazepam 8-10
mg/kg i.v diganti tiap 6 jam
·
ATS 10.000
U/hari i.m
·
Ampisilin 100
mg/kg i.v. atau prokain 50.000 U/kg i.m selama 3 hari
·
Ruang
perawatan tenang
|
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tetanus neonatorum adalah:merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat
Penyebab penyakit tetanus neonarorium yaitu :
1. Kuman Clostridium Tetani
2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril.
3. Luka tali pusat kotor atau tdak bersih.
4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap.
Adapun gejala yang timbul pada penyakit tetanus neonatorium yakni:
1. Mulut mencucu seperti mulut ikan
2. Bayi tiba-tiba panas.
3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring
4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru),
5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu.
6. Dinding perut tegang (perut papan)
7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup).
8. Kesukaran menelan
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Imunisasi aktif
2. Perawatan tali pusat yang baik
3. Pemberian toksoid tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke 3
4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril
SARAN
Demi kepentingan bersama dan kesempurnaan makalah ini, kritik, saran dan masukan yang bermanfaat dari teman – teman sangat kami butuhkan. Mohon di baca dengan teliti dan di mengerti.
Tetanus neonatorum adalah:merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat
Penyebab penyakit tetanus neonarorium yaitu :
1. Kuman Clostridium Tetani
2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril.
3. Luka tali pusat kotor atau tdak bersih.
4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap.
Adapun gejala yang timbul pada penyakit tetanus neonatorium yakni:
1. Mulut mencucu seperti mulut ikan
2. Bayi tiba-tiba panas.
3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring
4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru),
5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu.
6. Dinding perut tegang (perut papan)
7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup).
8. Kesukaran menelan
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Imunisasi aktif
2. Perawatan tali pusat yang baik
3. Pemberian toksoid tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke 3
4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril
SARAN
Demi kepentingan bersama dan kesempurnaan makalah ini, kritik, saran dan masukan yang bermanfaat dari teman – teman sangat kami butuhkan. Mohon di baca dengan teliti dan di mengerti.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman,
Kliegman, Arvin.1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
EGC.
Nur muslihatun,
wafi. 2010. Asuhan neonates bayi da balita.yogyakarta : Fitramaya
Wiknyosastro,
Gulardi Hanifa. 2002. Pelayanan Kesehatan Material Dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta .
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta .
I am very much happy to share to every viewers that is reading this,I want to inform the whole public of how I got help for my herpes, I wanted this since 6 months ago, I have also taken treatment from some doctor,few weeks back I came on the net to see if I will be able to get any information as to cure my herpes, on my search I saw various testimony of people who was helped by a great man called Dr Akhigbe and without any hesitation, I contacted him, I wrote to him and and he guided me, I asked him for solutions and he started the remedies for me and indeed 3 weeks after I started using the medicine, I was completely happy as it worked for me.I went to the hospital for check up and indeed I was declared negative from my disease, and I also waited again for two weeks and went back to another hospital for check up to be fully sure and to my great surprise I was still declared negative, and I decided to share this great opportunity to those people out there fighting this sickness, You can contact him now for your medicine to cure your diseases, contact his Email; drrealakhigbe@gmail.com or Whatsapp +2349010754824 website. http://drrealakhigbe.weebly.comDr Akhigbe also cure diseases like..
BalasHapusHIV, Herpes , Cancer, Chronic Disease, Asthma , Parkinson's disease, External infection, Als, progeria, common cold, multiple sclerosis disease, Nausea, Vomiting or Diarrhea, Heart Disease, meningitis, Esquizofrenia, Toxoplasmosis, Pulmonary Fibrosis,Diabetes, Kidney Disease, Lupus, Epilepsy, Stroke,Eczema, Erysipelas, Tetanus, Eating Disorder, Back Pain. Osteoporosis etccontact him for your solution.