Kamis, 02 Mei 2013

askeb kejang pada bayi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak.Sekitar 2,2% hingga 5% anak mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini namun pendapat yang dominan saat ini kejang pada kejang demam tidak menyebabkan akibat buruk atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupaya untuk menghentikan kejang secepat mungkin (Marlian L, 2005).
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% da Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam komplek.Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam komplek yang berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari 1 kali kejang demam dalam 24 jam) menurut Arif Manajer, 2000).                                                                                                           Penyakit yang disebabkan oleh gangguan saraf telah menyerang sedikitnya 1 miliyar orang diseluruh dunia. Penyakit yang telah menyerang jutaan orang di seluruh dunia ini, tidak mengenal umur, jenis kelamin, status pendidikan, maupun pendapatan. Dari 1 miliyar orang yang terkena ganguan saraf di seluruh dunia. Sebanyak 50 juta orang menderita epilepsi dan 24 juta orang menderita Alzheimer dan penyakit dimensia lainnya.Menurut WHO diperkirakan 6,8 juta orang meninggal tiap tahun akibat ganguan syaraf                
Hemiparesis biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari setengah jam) baik bersifat umum maaupun fokal, kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi.                                      Mula-mula kelumpuhannya bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu spasitisitas. Millichap (1968) melaporkan dari 1190 anak menderita kejang demam, hanya 0,2% saja yang mengalami hemiparesis sesudah kejang lama.                   Dari suatu penelitian terhadap 431 penderita dengan kejang demam sederhana, tidak mengalami kelainan IQ, tetapi pada penderita kejang demam yang sebelumnya telah terdapat ganguan perkembangan atau neorologis akan di dapat IQ yang lebih rendah dibanding dengan saudaranya (Millchap, 1968). Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang demam, retradasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar (Nellson dan Ellenberg,1978).                  


1.2 Rumusan Masalah
a)      Apa yang di maksud dengan kejang neonatorum ?
b)      Apa saja klasifikasi dari kejang neonatorum ?
c)      Apa saja factor dari kejang neonatorum ?
d)      Bagaimana dan apa saja penatalaksanaan dari kejang neonatorum ?

1.3 Tujuan
a)      Untuk mengetahui definisi kejang neonatorum.
b)      Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari kejang neonatorum
c)      Untuk mengetahui apa saja factor dari kejang neonatorum
d)      Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana penatalaksanaan kejang pada neonatus.











BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
           
Kejang pada neonates ialah suatu gangguan terhadap fungsi neurologis seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom. Periode bayi baru lahir (BBL) dibatasi sampai hari ke-28 kehidupan pada bayi cukup bulan, dan untuk bayi prematur, batasan ini biasanya digunakan sampai usia gestasi 42 minggu.Kebanyakan kejang pada BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupannya kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka panjang.
kejang pada bayi baru lahir adalah
a)     kejang yang terjadi pada bayi sampai dengan usia 28 hari
b)    Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena kejang merupakan suatu tanda adanya penyakit sistem sayarf pusat (SSP), kelainan metabolik atau penyakit lain.
c)     Sering tidak dikenali karena berbeda dengan kejang pada anak
d)    Kejang umum tonik klonik jarang terjadi pada BBL
e)     Kejang berulang menyebabkan berkurangnya oksigenisasi, ventilasi dan nutrisi otak

Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak) Menurut Brown (1974) kejang adalah suatu aritma serebral. Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar). Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan syaraf dan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila penyebab tersebut diketahui harus segera di obati. Hal yang paling penting dari  kejang pada bayi baru lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis penyakit penyebabnya dan memberikan pertolongan terarah, bukan hanya mencoba menanggulangi kejang tersebut dengan obat antikonvulsan.
Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda dengan kejang pada anak atau orang dewasa.Hal ini disebabkan karena ketidakmatangan organisasi korteks pada bayi baru lahir.Kejang umum tonikklonik jarang pada bayi baru lahir.Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor ,hiperaktif,kejang-kejang,tiba-tiba menangis melengking,tonus otot hilang disertai aatau tidak dengan hilangnya kesadaran,gerakannya tidak menentu,i(nvoluntary movement),nistagmus,(fenomena oral dan bukal),bahkan apnu oleh karena manifestasi klinik yang berbeda-bada dan bervariasi,seringkali kejang pada bayi baru lahir tidak dikenali oleh yang belum berpengalaman .
Dalam prinsip ,setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir apabila berlangsung berulang-ulang dan periodic ,harus dipikirkan kemungkinan merupakan manifestasi kejang.
Perbedaan kejang dan spasme
masalah
Temuan khusus
Kejang umum
-         Gerakan wajah dan ekstermitas yang teratur dan berulang
-         Ekstensi atau fleksi tonik lengan atau tangkai,baik sinkron maupun tidak sinkron
-         Perubahan status kesadaran (bayi mungkin tidak sadar atau tetap bangun tetapi tidak responsive/apatis)
-         Apnea(nafas spontan berhenti lebih 20 detik)
Kejang suble
-         Gerakan mata berkedip,berpudar dan dan juling yang berulang
-         Gerakan mulut dan lidang berulang
-         Gerakan tangkai tidak terkendali, gerakan seperti mengayuh sepeda
-         Bayi bias masih sadar

Spasme
-         Kontraksi otot tidak terkendali paling tidak beberapa detik sampai beberapa menit
-         Dipicu oleh sentuhan, suara maupun cahaya
-         Bayi tetap sadar,sering menangis kesakitan
-         Trismus (rahang kaku,mulut tidak dapat di buka,bibir mencuci seperti mulut ikan
-         Opitotonus
-         Gerakan tangan seperti meninju dan mengepal


2.2 Klasifikasi kejang
            Volpe (1977) membagi kejang pada bayi lahir sebagai berikut :
A.     Bentuk kejang yang hampir tidak kelihatan (subtle) yang sering tidak diketahui sebagai kejang. Terbanyak di neonatus berupa :
1)                             Deviasi horizontal bola mata.
2)                              Getaran dari kelopak mata/berkedip-kedip
3)                              Gerakan dari pipi dan mulut, seperti menghisap-hisap,mengunyah, mengecap, dan menguap
4)                             Apnea berulang
5)                             Gerakan tonik tungkai
6)                              Gerakan mengunyah , salivasi berlebihan, perubahan pola pernafasan termasuk apneu, berkedip, nistagmus, gerakan bersepeda atau mengayuh pedal , dan perubahan warna.
Setiap gerakan yang tidak biasa pada neonatus, bila berlangsung beurlang-ulang dan periodic perlu dipikirkan kemungkinan dari kejang.

B.     Kejang klonik multifocal (migratory)
Gerakan klonik berpindah-pindah dari satu anggota gerak ke anggota gerak lainnya secara tidak teratur. Kadang-kdang kejang yang satu dengan yang lainnya bersambungan, dapat menyerupai kejang umum.

C.     Kejang tonik
1)      Ekstensi kedua tungkai, kadang-kadangan disertai fleksi kedua lengan menyerupai keadaan dekortikasi.
2)      Ditandai dengan postur tungkai dan badan yang kaku, dan kadang disertai dengan deviasi mata yang tetap.

D.     Kejang mioklonik
1)    Berupa gerakan fleksi seketika seluruh tubuh, jarang terlihat pada neonatus.
2)      Jingkatan jingkatan setempat atau menyeluruh tungkai atau badan sebentar yang cenderung melibatkan kelompok otot distal.

Menurut Doenges (1993), kejang (konvulsion) adalah aktifitas motorik dan gangguan fenomena sensorik akibat dari pelepasan muatan listrik secara tiba-tiba yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba dan disertai gangguan kesadaran.Dalam bahasa lain, kejang merupakan pergerakan abnormal akibat perubahan tonus otot yang distimulasi oleh pelepasan muatan listrik yang tidak terkontrol.




Berdasarkan gambaran klinisnya, kejang dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu kejang tonik, kejang klonik dan kejang mioklonik.
1.      Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terjadi pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang tonik yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstremitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai desebrasi, atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortifikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai desebrasi haris dibedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus.

2.      Kejang Klonik
Kejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan permulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinik kejang fokal berlangsung antara 1 - 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran, dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini disebabkan oleh kontusio serebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensefalopati metabolik.

3.      Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai gerakan refleks moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.

Ø      Epidemiologi
 1.Frekuensi                                                                                                         
1)    Amerika Serikat                                                                                                           Antara 2% sampai 5% anak mengalami kejang demam sebelum usianya yang ke 5.Sekitar 1/3 dari mereka paling tidak mengalami 1 kali rekurensi.                                                                              
2)      Internasional                                                                                                                 Kejadian kejang demam seperti di atas serupa di Eropa. Kejadian di Negara lain berkisar antara 5 sampai 10% di India, 8.8% di Jepang, 14% di Guam, 0.35% di Hong Kong, dan 0.5-1.5% di China.

2.       Mortalitas/Morbiditas

a)    Kejang demam biasanya tidak berbahaya.
b)   Anak dengan kejang demam memiliki resiko epilepsy sedikit lebih tinggi dibandingkan yang tidak (2% : 1%).
c)    Faktor resiko untuk epilepsy di tahun-tahun berikutnya meliputi kejang demam kompleks, riwayat epilepsy atau kelainan neurologi dalam keluarga, dan hambatan pertumbuhan. Pasien dengan 2 faktor resiko tersebut mempunyai kemungkinan 10% mendapatkan kejang demam.
3.        Ras
Kejang demam terjadi pada semua ras.
4.        Jenis kelamin                                                                                            
Beberapa penelitian menunjukkan kejadian lebih tinggi pada pria.
5.        Usia
Kejang demam terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun.

Ø      Etiologi
      1.      Metabolik
a.     Hipoglikemia 
Bila kadar darah gula kurang dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Hipoglikemia dapat dengan/tanpa gejala. Gejala dapat berupa serangan apnea, kejang sianosis, minum lemah, biasanya terdapat pada bayi berat badan lahir rendah, bayi kembar yang kecil, bayi dari ibu penderita diabetes melitus, asfiksia.
b.      Hipokalsemia
Yaitu: keadaan kadar kalsium pada plasma kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 4 MEq/L
Gejala: tangis dengan nada tinggi, tonus berkurang, kejang dan diantara dua serangan bayi dalam keadaan baik.
c.     Hipomagnesemia
Yaitu kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,2 mEg/l. biasanya terdapat bersama-sama dengan hipokalsemia, hipoglikemia dan lain-lain.
Gejala kejang yang tidak dapat di atasi atau hipokalsemia yang tidak dapat sembuh dengan pengobatan yang adekuat.
d.    Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kadar Na dalam serum kurang dari 130 mEg/l. gejalanya adalah kejang, tremor. Hipertremia, kadar Na dalam darah lebih dari 145 mEg/l. Kejang yang biasanya disebabkan oleh karena trombosis vena atau adanya petekis dalam otak.
e.     Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn
Merupakan akibat kekurangan vitamin B6. gejalanya adalah kejang yang hebat dan tidak hilang dengan pemberian obat anti kejang, kalsium, glukosa, dan lain-lain. Pengobatan dengan memberikan 50 mg pirodiksin
f.      Asfiksia
Suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir etiologi karena adanya gangguan pertukaran gas dan transfer O2 dari ibu ke janin.
2.      Perdarahan intrakranial
Dapat disebabkan oleh trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia, defisiensi vitamin K, trombositopenia.  Perdarahan dapat terjadi sub dural, dub aroknoid, intraventrikulus dan intraserebral. Biasanya disertai hipoglikemia, hipokalsemia. Diagnosis yang tepat sukar ditetapkan, fungsi lumbal dan offalmoskopi mungkin dapat membantu diagnosis. Terapi : pemberian obat anti kejang dan perbaikan gangguan metabolism bila ada.

3.      Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kejang, seperti : tetanus dan meningitis
4.      Genetik/kelainan bawaan
5.      Penyebab lain
      a.       Polisikemia
Biasanya terdapat pada bayi berat lahir rendah, infufisiensi placenta, transfuse dari bayi kembar yang satunya ke bayi kembar yang lain dengan kadar hemoktrokit di atas 65%
b.      Kejang idiopatik
Tidak memerlukan pengobatan yang spesifik, bila tidak diketahui penyebabnya berikan oksigen untuk sianosisnya
c.       Toksin estrogen
Misalnya : hexachlorophene

Ø      Penyebab
Tak jarang bayi Indonesia mengalami kejang dan hal ini sangat mengkhawatirkan bagi para orangtua. Sebenarnya apa yang menjadi penyebab bayi kejang? Kejang demam atau kejang yang disertai demam biasanya terjadi karena bayi memang mengalami suatu penyakit. Contohnya, bayi terkena infeksi pada saluran pencernaannya yang menyebabkan dia demam dan kemudian kejang. Penyakit lainnya yang bisa menyebabkan kejang pada bayi adalah penyakit radang telinga, infeksi pada paru dan infeksi lainnya.
Penyakit diabetes mellitus yang diderita oleh ibu bisa juga menjadi penyebab bayi kejang. Ibu yang terkena penyakit kencing manis ini bisa menyebabkan bayi mengalami kekurangan kadar gula darah. Selain itu, baybbi yang pada saat lahir memiliki berat badan lebih dari 4 kg memiliki resiko terkena kejang hingga hari ke-28 dia dilahirkan. Kejang yang timbul karena dua hal di atas biasanya tidak disertai demam.
Kejang yang tidak disertai demam biasanya juga terjadi karena kelainan di otak. Penyakit yang mengganggu fungsi otak bayi bisa membangkitkan kejang. Misalnya perdarahan, tumor dan radang yang terjadi di otak. Dalam hal ini kejang berkaitan dengan otak karena di dalam otak terdapat pusat syaraf tubuh.
Kondisi pada saat hamil juga bisa menyebabkan kejang pada bayi jika ibu terinfeksi salah satu dari virus TORCH. Selain itu, proses kelahiran juga bisa mempengaruhi kejang pada bayi Indonesia. Seperti misalnya pada saat menjelang kelahiran, bayi mengalami infeksi atau cedera. Demikian pula dengan proses kelahiran yang sulit dan bayi yang lahir kuning. Hal-hal ini membuat asupan oksigen ke otak berkurang sehingga bayi mengalami kejang.
Kejang pada bayi juga bisa disebabkan karena bayi memang menderita penyakit epilepsi. Biasanya kejang karena epilepsi lama. Penyebab lain seperti terjadinya gangguan pada peredaran darah dan gangguan metabolisme. Demikian pula karena keracunan makanan, alergi terhadap sesuatu serta cacat bawaan bisa membuat bayi kejang.
Memang ada banyak kemungkinan yang bisa menyebabkan bayi kejang. Bisa juga karena bayi demam. Tingginya suhu tubuh bayi bisa menyebabkan dia menjadi kejang. Sebaiknya bila anak pernah mengalami kejang, konsultasikan ke dokter untuk mengetahui penyebab pastinya.
            Kejang neonatal bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
1.    bayi yang tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering.
timbul pada 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
2.    Perdarahan otak dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen atau trauma pada kepala. perdarahan ini biasanya diakibatkan oleh trauma dapat menimbulkan kejang.
3.    Kekurangan gula darah (hipoglikemia) sering timbul dengan gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan pada bayi dengan ibu penderita DM (Diabetes Mellitus). jarak waktu antara hipoglikemia dan waktu sebelum pemberian awal pengobatan merupakan waktu timbulnya kejang. kejang lebih jarang timbul pada ibu pendeita diabetes, kemungkinan karena waktu hipoglikemia yang pendek.
4.    infeksi sekunder akibat bakteri dan nonbakteri dapat timbul pada bayi dalam kandungan, selama persalinan, atau pada periode perinatal. seperti bakteri meningitis, toksoplasmosis, sifilis, atau rubella (campak). resiko kejang adalah lebih tinggi jika bayi prematur atau BBLR.
5.    adanya cedera jika persalinan
6.    bayi kuning disebut sebagai resiko bila terjadi pada hari pertama kelahiran. bayi kuning akan normal bila terjadi dalam tiga hari.
7.    infeksi saat kehamilan (TORCH). terutama pada trimester pertama dikatakan sebagai penyebab kejang. 

2.3 Faktor Resiko
faktor yang mempengaruhi kejang demam adalah:
1.    Umur
a)    3% anak berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam.
b)   Insiden tertinggi terjadi pada usia 2 tahun dan menurun setelah 4 tahun, jarang terjadi pada anak di bawah usia 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.
c)    Serangan pertama biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur.
2.    Jenis kelamin
Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 2 : 1. Hal ini mungkin disebabkan oleh maturasi serebral yang lebih cepat pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.
3.    Suhu badan
Kenaikan suhu tubuh adalah syarat mutlak terjadinya kejang demam. Tinggi suhu tubuh pada saat timbul serangan merupakan nilai ambang kejang. Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara 38,3°C – 41,4°C. Adanya perbedaan ambang kejang ini menerangkan mengapa pada seorang anak baru timbul kejang setelah suhu tubuhnya meningkat sangat tinggi sedangkan pada anak yang lain kejang sudah timbul walaupun suhu meningkat tidak terlalu tinggi. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam akan lebih sering pada anak dengan nilai ambang kejang yang rendah.
4.    Faktor keturunan
Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam. Beberapa penulis mendapatkan bahwa 25 – 50% anak yang mengalami kejang demam memiliki anggota keluarga ( orang tua, saudara kandung ) yang pernah mengalami kejang demam sekurang-kurangnya sekali.
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.6 Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan demam atau pada waktu demam tinggi.
Faktor –faktor lain diantaranya:
a.    riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
b.    perkembangan terlambat,
c.    problem pada masa neonatus,
d.    anak dalam perawatan khusus, dan
e.    Kadar natrium rendah.
       Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih. Risiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi.Sekitar 1/3 anak dengan kejang demam pertamanya dapat mengalami kejang rekuren.
       Faktor resiko untuk kejang demam rekuren meliputi berikut ini:
a. Usia muda saat kejang demam pertama
b. Suhu yang rendah saat kejang pertama
c. Riwayat kejang demam dalam keluarga
d. Durasi yang cepat antara onset demam dan timbulnya kejang
e. Pasien dengan 4 faktor resiko ini memiliki lebih dari 70% kemungkinan rekuren. Pasien tanpa faktor resiko tersebut memiliki kurang dari 20% kemungkinan rekuren.

Ø        DIAGNOSIS
Anamnesa
1.      Riwayat kehamilan
Bayi kecil untuk masa kehamilan
a)      Bayi kurang bulan
b)      Ibu tidak disuntik TT
c)      Ibu menderita DM

2.      Riwayat persalinan
a)        Persalinan dengan tindakan
b)        Persalinan presipitatus
c)        Gawat janin

3.      Riwayat kelahiran
a)        Trauma lahir
b)        Lahir asfiksia
c)        Pemotongan tali pusat dengan alat tidak steril
Pemeriksaan kelainan fisik
1.      Kesadaran
2.      Suhu tubuh
3.      Tanda-tanda infeksi lain
Penilaian kejang
1.        Bentuk kejang : gerakan bola mata abnormal, nistagmus, gerakan mengunyah, gerakan otot-otot muka, timbulnya episode apnea, adanya kelemahan umum yang periodik, tremor, gerakan klonik sebagian ekstremitas, tubuh kaku
  1. Lama kejang
Pemeriksaan Diagnostik
1.        Pemeriksaan gula darah, elektrolit darah, AGD, darah tepi, lumbal pungsi
  1. EKG
  2. EEG
  3. Biakan darah
  4. Titer untuk toksoplasmosis, rubela, citomegalovirus, herpes
  5. Foto rontgen kepala
  6. USG kepala

2.4  Penatalaksanaan
Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang
1.      Menjaga jalan nafas tetap bebas
2.      Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang
3.      Mengobati penyebab kejang

  Obat anti kejang (Buku Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal, 2002)
1.                    Diazepam
Dosis 0,1-0,3 mg/kg BB IV disuntikan perlahan-lahan sampai kejang hilang atau berhenti. Dapat diulangi pada kejang beruang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada dosis pemeliharaan
2.      Fenobarbital
Dosis 5-10 mg/kg BB IV disuntikkan perlahan-lahan, jika kejang berlanjut lagi dalam 5-10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat di berikan 4-7 mg/kg BB IV pada hari pertama di lanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kg BB atau oral dalam 2 dosis.

Penanganan kejang pada bbl
1.      Bayi diletakan dalam tempat yang hangat.pastikan bahwa bayi tidak kedinginan.suhu bayi dipertahankan 36,50C-370C.
2.      Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut hidung sampai nasofaring.
3.      Bila bayi apnea,dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat bantu balon dan sungkup,diberi oksigen dengan kecepatan 2L/menit
4.      Dilakukan pemasangan infus  intravena di pembuluh darah
perifer,diangan,kaki atau kepala.bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus,dilakukan pemasangan infuse melalui vena umbilikalis.
5.      Bila infus sudah terpasang diberi obat anti kejang diazevam 0,5 Mg/Kg supositoria/Im setiap 2 menit sampai kejang teratasi.kemudian ditambahkan luminal (fenobarbital)30Mg I.M/I.V
6.      Nilai kondisi bayi selama 15 menit.perhatikan kelainan fisik yang ada.
7.      Bila kejang sudah teratasi diberi cairan infuse dextrose 10% dengan kecepatan 60 Ml/Kg bb/hari.
8.      Dlakukan anamesis mengenai keadaan bayi untuk mencari factor penyebab kejang(perhatikan riwayat kehamilan,persalinan dan kelahiran)
-         Apakah kemungkinan bayi di lahirkan oleh ibu berpenyakit DM
-         Apakah kemungkianan bayi premature
-         Apakah kemungkinan bayi mengalami aspeksia
-         Apakah kemingkinan ibu bayi pengidap atau menggunakan bahan narkotika.
-         Kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor penyebab, misalnya : darah tepi, elektrolit darah, gula darah, kimia darah, kultur darah, pemeriksaan TORCH
-         Kecurigaan kearah sepsis (pemeriksaan pungsi lumbal)
-         Kejang berulang, diazepam dapat diberikan sampai 2 kali
ü        Masih kejang : dilantin 1,5 mg/kgBB sebagai bolus iv diteruskan dalam dosis 20 mg iv setiap 12 jam
ü        Belum teratasi : phenytoin 15 mg/kgBB iv dilanjutkan 2 mg/kg tiap 12 jam
ü        Hipokalsemia (hasil lab kalsium darah <8mg%) : diberi kalsium glukonas 10% 2 ml/kg dalam waktu 5-10 menit . apabila belum juga teratasi diberi pyridoxin 25-50 mg
ü        Hipoglikemia (hasil lab dextrosit/gula darah < 40 mg%) : diberi infus dextrose 10%






















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak) Menurut Brown (1974) kejang adalah suatu aritma serebral. Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar).
Klasifikasi kejang
Bentuk kejang yang hampir tidak kelihatan (subtle) yang sering tidak diketahui sebagai kejang,Kejang klonik multifocal (migratory),Kejang tonik,Kejang mioklonik,Kejang mioklonik
Faktor Resiko
Umur,Jenis kelamin,Faktor keturunan,Suhu badan
Penatalaksanaan
(Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang)
Menjaga jalan nafas tetap bebas,Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang,Mengobati penyebab kejang
Obat anti kejang (Buku Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal, 2002)
1.                  Diazepam
2.      Fenobarbital
3.2  Saran
Setiap bayi baru lahir beresiko mengalami kejam untuk itu diharapkan kepada bidan dan ibu hamil untuk mengetahui gejala dari kejang dan pencegahannya.


DAFTAR PUSTAKA


Markum, A. H. dkk. 1981. Kegawatan Anak. Jakarta: Nuha Medika
Price, S. 1995. Patofisiologi. Jakarta:EGC
Saifudin,abdul bari.2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal        dan Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sudarti,Afroh Fauziah.2012.Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Anak      Balita.Yogyakarta : Nuha Medika.
Staf pengajar IKA FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:bagian IKA FKUI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar